Cerita Motivasi & Setetes Embun

Menceritakan kisah-kisah umum baik fiksi maupun non-fiksi untuk memberikan motivasi dan menggugah hati nurani untuk bertindak lebih baik lagi dan lebih bijaksana.

Selasa, 04 Desember 2018

Pengorbanan Berbalas Duka


Cerita ini mengisahkan perjalanan sepasang kekasih yang berakhir dengan duka. Si pria sebut saja Anton dan wanitanya sebut saja Intan.

Anton adalah seorang pria yg menjadi buta karena sebuah kecelakaan. Sejak ia menjadi buta, ia merasa terasing dari lingkungannya. Ia merasa tidak ada seorang pun yg memperhatikan atau menyayanginya.

Hingga kemudian hadirlah Intan dalam hidupnya. Intan sangat sayang dan perhatian pada Anton. Ia tidak pernah mempermasalahkan kebutaan Anton sebagai suatu kekurangan yg berarti. Ia sungguh-sungguh mencintai Anton dengan tulus.

Suatu hari Anton bertanya kepada Intan, "Mengapa kamu begitu menyayangiku?"
"Hmmm..entahlah..aku tidak pernah tau alasan mengapa aku begitu menyayangimu, yg aku tahu..aku benar-benar tulus menyayangimu." jawab Intan dengan senyum manisnya.
"Tapi..aku kan buta..apa yg bisa aku perbuat untukmu..? apa yg bisa aku berikan buatmu..?" tanya Anton untuk meyakinkan.

Dengan lembutnya Intan merabahkan kepalanya di dada Anton, "Ton..aku tidak mengharap apapun darimu..buatku..kamu bisa ceria setiap hari dan menyayangiku dengan tulus itu sudah cukup. Aku senang ketika kau merasa senang."

Mendengar jawaban seperti itu Anton merasa terharu, "Belum pernah ada orang yg begitu menyayangi aku yg buta seperti ini." ucap Anton seraya memeluk tubuh gadis yg dicintainya itu sambil membelai rambutnya yang panjang, "Intan kalo sampai suatu saat nanti aku bisa melihat lagi..aku pasti akan menikahimu. Karena hanya kamulah satu-satunya orang yang dengan tulus menyayangiku."

Benarkah..?" tanya Intan dengan raut muka ceria
Dengan penuh kasih sayang Anton meyakinkan hati Intan, "Aku janji..kalau suatu saat nanti aku bisa melihat, PASTI aku akan menikahimu."

Lalu kedua pasang kekasih itu semakin erat berpelukan, dengan bayangan indahnya masing-masing tentang masa depan yang indah. Tentang pernikahan yang telah dinantikan dengan penuh kebahagiaan.

Hari-haripun berjalan, sepasang kekasih inipun semakin erat dan saling menyayangi. Sampai saat yang dinantikan telah tiba, Anton melakukan operasi cangkok mata dan berhasil..ia mampu melihat lagi..Ia pun tidak sabar untuk segera menemui kekasihnya Intan. Pergilah ia mencari Intan, sampai ia berhasil menemukannya. Namun alangkah terkejutnya ia mengetahui bahwa ternyata Intan adalah seorang gadis buta..

Ia tidak bisa menerimanya..Ia pun menolak Intan. Anton telah lupa akan semua janjinya...

Melihat kenyataan itu hati Intan menjadi hancur, hatinya menangis, sambil meraba dia berusaha menghampiri kekasihnya Anton, "Bukankah kamu sudah berjanji akan menikah denganku..?" tanya Intan mengingatkan kekasihnya kembali.

Tapi dengan sekenanya Anton menjawabnya dengan ketus dan sedikit bimbang, "Emmm.... ya memang aku pernah berkata begitu..tapi tidak dengan keadaanmu yg seperti ini. Maaf Intan, aku tidak bisa menikah dengan gadis buta sepertimu. Keinginanku untuk sembuh agar aku bisa jadi orang normal kembali, jika orang-orang tahu bahwa istriku nanti adalah orang buta, lalu apa kata mereka nanti?"

Antonpun pergi meninggalkan Intan yang dirundung kedukaan dan kekecewaan akan kenyataan yang telah menimpa dirinya. Tidak kuat menerima perlakuan Anton yang telah menghianatinya, dia bertekad mengakhiri hidupnya dengan menyayat urat nadinya dengan silet.
Saat ia ditemukan meninggal..ada sepucuk surat digengngamannya yang ditujukan untuk kekasihnya Anton.

"Dear Anton..... Memang tidak banyak yg bisa aku berikan padamu..tidak banyak yg bisa aku lakukan untukmu... Namun..aku sungguh-sungguh tulus menyayangimu... Semoga kedua mataku itu bisa berguna bagimu..bisa membawakan terang dan keceriaan dalam hidupmu kembali.."

Membaca surat itu, Anton merasa sangat menyesal. Dia tidak tahu bahwa orang yang dengan rela memberikan mata untuk dirinya adalah kekasih yang selama ini mencintainya, menyayanginya dan menjaganya dengan tulus.

Namun penyesalan hanya tinggal penyesalan. Intan yang telah rela berkorban untuk dirinyapun telah pergi. Yang tersisa hanyalah perasaan bersalah yang akan tersimpan sampai mati.

~Kadang kala kita tidak boleh melihat sesuatu hanya dengan mata... melainkan juga dengan hati kita.. Mata itu bisa menipu..namun hati tidak.. kata hati slalu merupakan kejujuran terdalam dalam hidup manusia~


Jumat, 25 November 2016

Saham untuk Allah

SAHAM UNTUK ALLAH


Di wilayah Mesir ada satu kota kecil bernama Tafahna. Mula-mula kota ini sepi dan sebagaimana kota kecil di Indonesia, akses kemana-kemana sulit.

Hingga pada saat saya mengikuti sebuah pelatihan, dikisahkan oleh Syaikh DR. Musthafa Dasuki Kasbah, pakar wakaf dari Al-Azhar University bahwa di kota kecil itu ada seorang anak muda bernama Sholah Atiyah.

Ketika kuliah anak muda ini sangat miskin. Diceritakan bahwa ia hanya mempunyai satu celana panjang.
Kebayangkan saudara-saudara, ada mahasiswa yg celana gak gonta-ganti karena punyanya hanya itu. Kebayang pula bagaimana ia makan, bergaya hidup dan sebagainya pastilah khas orang miskin kebanyakan.

Dahsyatnya, saat ia lulus dan mendapat gelar insinyur, ia mengajak temannya yg sama-sama miskin, berbisnis.
Ia berkata pada temannya:
"Ayo kita bisnis bareng, nanti sahamnya kita bagi tiga"

"Lho bukannya kita cuma berdua? Siapa yg ketiga? " tanya temannya, penasaran.

"Yang ketiga adalah Alloh. Ayo kita berbisnis bersama Alloh. Dia, Tuhan kita semua, sahamnya adalah sepertiga" Jawab Sholah Atiyah yg langsung disetujui oleh temnnya.

Saat usahanya masih kecil, saham Alloh diberikan menyesuaikan hasil.
Beliau tidak peduli besar atau kecilnya pendapatan, yg penting sepertiganya selalu di sedekah jariyah-kan.

Kata-kata sepertiga membuat ingatan saya menerawang jauh hingga ke Jaman Nabi bahwa ada kisah seorang petani yang kisahnya diabadikan dalam hadits riwayat Imam Muslim.

Rasulullah bersabda:
“Ketika ada seorang sedang berjalan di sebuah padang yang luas tak berair  dan sunyi, tiba-tiba dia mendengar suara dari awan:
‘Siramilah kebun si fulan!’

Maka awan itu menepi (menjauh) lalu menumpahkankan airnya di tanah dengan bebatuan hitam. Ternyata ada saluran air yang telah dipenuhi dengan air. Maka ia menelusuri (mengikuti) jalannya air tersebut.
Ternyata ada seorang laki-laki yang sedang berada di kebunnya, dia sedang mengalirkan air dengan menggunakan cangkulnya.

Kemudian dia bertanya, ‘Wahai hamba Alloh, siapakah nama anda?’
Dia menjawab, ‘Fulan.’
Sebuah nama yang didengar dari suara di awan tadi.

Kemudian orang itu balik bertanya, ‘Mengapa anda menanyakan namaku?’
Dia menjawab, ‘Saya mendengar suara dari awan yang ini adalah airnya, mengatakan ‘Siramilah kebun si fulan!’ yaitu nama anda. Maka apakah yang telah anda kerjakan?.’

Dia menjawab, ‘Karena anda telah mengatakan hal ini maka akan saya ceritakan bahwa saya memperhitungkan (membagi) apa yang dihasilkan oleh kebun ini; sepertiganya saya (berikan ke Allah dengan) sedekah; sepertiganya lagi saya makan bersama keluarga dan sepertiganya lagi saya kembalikan lagi ke kebun (untuk ditanam kembali).”

Masya Alloh, kita tahu bahwa hujan adalah rezeki yang paling sulit diprediksi.  Itu saja bisa digiring dan diistimewakan untuk orang yang menginfakkan sepertiga hartanya.
Bagaimana dg rezeki yg lain? Uang, properti dan aset-aset lain yang relatif bisa dihitung matematis. Tentu lebih mudah bagi Allah untuk digiring dan diistimewakan bagi mereka yg mau memberi sepertiga sahamnya kepada Allah.

Saya pikir wajar bila kesuksesan bisnis Sholah Atiyah diatas, makin meroket.
Hari berganti hari tahun demi tahun, secara istiqomah saham Allah dari usahanya itu beliau bangunkan gedung-gedung pendidikan.
Kenyataannya usaha beliau bukan surut tapi makin maju. Makin menggurita.

Padahal yg beliau inginkan dari tiap wakafnya adalah ridho Alloh dan Negri akhirat. Eh malah di dunia sudah terbalas belipat ganda. Memang kejar akhirat, dunia mendekat. Kejar akhirat dua keuntungan didapat; keuntungan dunia sebagai DP dan keuntungan sempurna saat di akhirat.

Bahkan kini kota Tafahna yg dulunya sepi jadi rame. Beliau berwakaf dg membangun gedung cabang Al-Azhar dikota tersebut.  Tidak tanggung-tanggung, ada lima fakultas yang beliau bangun.

Dulunya mahasiswa sedikit tapi kini lebih dari 50 ribu mahasiswa di kota kecil itu.
Masya Alloh ini setara dengan UNDIP atau UGM atau yang lain di Indonesia.

Bukan hanya itu, karena tiap usaha yg makin beragam dan menggurita itu selalu sepertiga sahamnya untuk wakaf maka selain gedung-gedung fakultas beliau juga menggratiskan siapa saja yg sekolah tingkat SD, SMP, SMA dikota kecil tersebut.

Kota kecil itu, kini telah ramai,  saudagar super kaya bernama Sholah Atiyah inilah yg punya peran penting dalam pembangunan dan pengadaan fasilitas umum seperti stasion kereta api dan lain-lain melalui harta-harta yg beliau wakafkan.

Belum lama ini, baru 2 tahun yang lalu (dari tahun 2016, saya mengikuti pelatihan), saudagar besar ini meninggal dunia.

Ribuan orang turut berduka cita atas kepergiannya. Kata DR. Musthofa Syaikh Al-Azhar itu, belum pernah ada prosesi mengantar jenazah yang seramai Sholah Athiyah.

Dzahirnya beliau telah mati, tapi hakikinya beliau abadi.
Gedung-gedung pendidikan dan fasilitas-fasilitas umum yg dibangun dg wakafnya itulah yang menjadi saksi.

Semoga kita bisa meneladani.  Aamiin

Diambil dr kiriman tulisan oleh Ustadz Ricky Adrinaldi, KETUM ODOJ

Kamis, 02 April 2015

Arti 5000

Tommy, Pimpinan sebuah perusahaan di Jakarta, tiba dirumahnya jam 9 malam.
Tak seperti biasanya, anaknya, Dinda yang berumur 9 tahun membukakan pintu untuknya. Dan nampaknya ia menunggu sudah cukup lama.

"Kok belum tidur Dinda..?" Sapa Tommy
"Aku nunggu papa pulang... Karena aku mau tanya papa, berapa sih gaji papa?"

Kamu hitung ya... kata Tommy...
Tiap hari Papa kerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,- tiap bulan, rata-rata 22 hari kerja. Kadang Sabtu masih lembur. Hayo, coba hitung berapa gaji papa..?

"Kalo 1 hari Papa dibayar 400,000,- untuk 10 jam, berarti 1 jam Papa digaji 40,000,- dong..?"

"Wah, pinter kamu... Sekarang cuci kaki, terus tidur ya...."

"Pa... Aku boleh pinjam 5.000,- gak..?"

"Sudah... Gak usah macam-macam, buat apa minta uang malam-malam gini..? Tidurlah...."

"Tapi papa..."

"Papa bilang tidur..!"

Dinda pun akhirnya lari ke kamarnya dengan sedih.
Usai mandi, Tommy pun menyesali kekesalannya. Sambil melihat Dinda di kamarnya, Sambil memegangi uang 15.000,- dengan terisak, dan sambil mengelus kepala Dinda, Tommy berkata.. "Maafin Papa ya.. Papa sayang sama Dinda.. Tapi buat apa sih kamu minta uang sekarang..? "

"Pa... aku gak minta uang, tapi aku mau pinjam. Nanti aku kembalikan kalau aku sudah menabung lagi dari uang jajan ku minggu ini."

"Iya... Iya... Tapi untuk apa..?

"Aku tunggu Papa dari jam 8 mau ajak Papa main ular tangga 30 menit aja... Mama sering bilang waktu Papa itu sangat berharga, jadi aku mau ganti waktu Papa.."
"Aku buka tabungan ku hanya ada 15.000,- karna Papa 1 Jam dibayar 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti 20.000,- Duit tabungan ku kurang 5.000,- makanya aku mau pinjam dari Papa" Kata Dinda polos.

Tommy pun terdiam, kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan bersama anaknya.

PESAN:

"Bagi dunia kamu hanya seseorang, tapi bagi keluarga, kamu adalah DUNIA-nya"

Selasa, 24 Maret 2015

Si Ranking 23 Itu Anak Saya

Saya adalah ibu rumah tangga biasa yang membangun keluarga bahagia dan sejahtera degan seorang suami yang baik. Kami mempunyai seorang anak tunggal, perempuan, yang masih kelas 10 sekolah menengah (dahulu kelas 1 sma).


Di sekolah anak kami, dalam satu kelas ada 50 orang murid. Sejak kelas 1 sekolah dasar, setiap kenaikan kelas, anak perempuan kami selalu memperoleh ranking (peringkat) ke 23.

Suami saya mengeluh, setiap kali ada pertemuan keluarga, atau obrolan teman2 di kantor nya, setiap orang selalu bercerita ttg “bintang cilik” di rumah masing2, sedangkan suami saya hanya bisa menjadi pendengar saja.


Anak keluarga orang lain, bukan saja memiliki nilai sekolah yang menonjol, juga memiliki banyak keahlian khusus, sedangkan anak kami tidak memiliki sesuatu pun bakat, keahlian atau keterampilan yang dapat ditonjolkan.


Setiap kali suami saya menonton penampilan anak2 berbakat luar biasa dlm acara televisi, timbul rasa iri dlm hati suami saya. Ketika suami saya membaca sebuah berita ttg seorang anak berusia 9 tahun yang bisa masuk perguruan tinggi, suami saya begitu takjub.


Suami saya bertanya kpd anak kami :
“...nak, kenapa kamu tidak terlahir sbg anak dgn kepandaian luar biasa..?”


anak kami menjawab :
“...krn papa juga bukan seorang ayah dgn kepandaian luar biasa...”


suami saya menjadi tidak bisa berkata apa2 lagi..dan saya tanpa tertahankan tertawa sendiri.


Pada sebuah acara keluarga besar, kami berkumpul bersama di sebuah restoran, topik pembicaraan semua orang adalah tentang jagoan mereka masing2. Anak2 ditanya apa cita2 mereka kalau sudah besar...
ada anak yang menjawab, jadi dokter...
anak2 yang lain menjawab, jadi pilot, insinyur, arsitek, pengusaha konglomerat, jenderal, menteri, bahkan presiden...
semua orang pun bertepuk tangan.


Anak perempuan kami terlihat sangat sibuk membantu anak kecil2 lain nya makan...
semua orang mendadak teringat kalau hanya anak kami yang belum menyampaikan cita2 nya. setelah didesak orang banyak, akhir nya anak kami menjawab :
"...saat saya dewasa nanti, cita2 saya yang pertama adalah menjadi seorang guru taman kanak2, membimbing anak2 menyanyi, menari, lalu ber-main2…"
demi menunjukkan kesopanan, semua orang tetap memberikan pujian kemudian mereka menanyakan lagi, apa cita2 anak saya yang kedua..
anak saya pun menjawab :
“saya ingin menjadi seorang ibu, mengenakan kain celemek bergambar doraemon dan memasak di dapur...


Kemudian saya membacakan cerita utk anak2 saya…
sebelum tidur, saya membawa anak2 saya ke teras rumah utk melihat bintang2 di angkasa...”
semua sanak keluarga kami saling pandang tanpa tau harus berkata apa...
raut muka suami saya menjadi canggung sekali.


sepulangnya kami kembali ke rumah, suami saya berkata kepada saya :
“...apakah kita akan membiarkan anak kita kelak hanya menjadi seorang guru taman kanak2...?
apakah kita tetap akan membiarkan anak kita tetap menjadi murid kualitas menengah...?”
sejak itu kami melarang anak kami utk membaca komik dan menghentikan hobinya bermain kesenian origami (seni melipat kertas menjadi berbagai bentuk binatang dan barang).


Demi meningkatkan nilai sekolah nya, kami mencarikan guru les pribadi dan mendaftarkan anak kami di tempat bimbingan belajar.
kami juga membelikan berbagai materi belajar utk nya.
anak kami sangat penurut...
dia tidak lagi membaca komik, dia tidak lagi membuat origami, dia tidak lagi banyak bermain...
anak kami giat dan tekun belajar...
anak kami membaca semua buku pelajaran...
anak kami mengerjakan semua buku latihan soal...
semua itu dilakukan nya terus menerus tanpa henti...
sampai akhir nya tubuh anak kami tidak bisa bertahan lagi dan terserang flu berat...
meski pun sedang di-infus dan terbaring di ranjang rumah sakit, anak kami tetap bersikeras mengerjakan soal2 pelajaran...
anak kami pun terserang radang paru2...
setelah sembuh, wajah nya terlihat kurus banyak...
akan tetapi hasil ujian semester anak kami membuat kami tidak tau mau tertawa atau menangis, tetap ranking 23...
kami juga mencoba utk memberikan vitamin penambah gizi dan iming2 hadiah kpd anak kami...
tetapi, yang terjadi adalah wajah anak kami semakin pucat saja...
setiap kali akan ujian, anak kami mulai tidak bisa makan dan tidak bisa tidur, serta terus mengucurkan keringat dingin...
dan hasil ujian akhir semester anak kami tetap saja ranking 23...
akhir nya, kami menyerah...
kami mengizinkan lagi anak kami utk membaca komik dan melanjutkan hobi nya bermain kesenian origami...


Kami kembalikan anak kami pada jam belajar dan waktu istirahat nya yang semula.
kami memperbolehkan anak kami utk berlangganan majalah “humor anak-anak” dan sejenisnya...
alhasil, rumah kami menjadi tenteram kembali...
kami memang sangat sayang pada anak kami...
tetapi kami sungguh tidak mengerti mengapa prestasi sekolah nya seperti itu...
pada suatu minggu, teman2 sekantor suami saya mengajak pergi rekreasi bersama...
semua orang membawa serta keluarga mereka...
sepanjang perjalanan kami dgn bus, penuh dgn tawa...
ada anak yang bernyanyi, ada juga anak yang memperagakan kebolehannya...
anak kami tidak punya keterampilan khusus, dia hanya terus bertepuk tangan dgn sangat gembira...


anak kami sering kali lari ke belakang utk mengawasi tumpukan kotak makanan...
merapikan kembali kotak makanan yang terlihat sedikit miring, mengencangkan tutup botol yang longgar atau mengelap wadah sayuran yang kuah nya meluap ke luar...
dia sibuk sekali bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik...
ketika makan, ada satu kejadian tak terduga...
dua orang anak lelaki teman kami, yang satu si jenius matematika, yang satu nya lagi si jagoan bahasa inggris, berebut sebuah kue...
tidak ada seorang pun dari kedua anak itu yang mau melepaskan kue itu, mereka juga tidak mau saling membagi nya...
para orang tua menengahi dan menasehati mereka, namun tak berhasil...
terakhir, anak kami lah yang berhasil melerai kedua anak itu dgn membujuk mereka berdua utk berdamai..
ketika pulang, jalanan macet..
anak2 mulai terlihat gelisah..
anak kami pun membuat lelucon dan terus membuat orang2 satu bus tertawa tanpa henti...
tangan anak kami juga tidak pernah diam...
anak kami menggunting dan melipat kotak kardus bekas tempat makanan menjadi berbagai bentuk binatang...


Ketika bus sampai di kantor suami saya, dan kami semua turun dari bus, setiap orang mendapatkan lipatan kardus berbentuk binatang favorit nya masing2...
semua orang terlihat begitu gembira dan tak henti2 nya mengucapkan terima kasih kpd anak kami...


Untuk pertama kali nya, suami saya tersenyum bangga terhadap anak kami...
setelah selesai ujian semester berikut nya, seperti biasa saya harus datang ke sekolah utk mengambil rapot anak saya...
mula2 wali kelas anak kami bilang, bahwa prestasi belajar anak kami tetap ranking 23...
kemudian, sang wali kelas mengatakan ada satu hal aneh yang terjadi...
hal yang baru pertama kali ditemukan nya selama lebih dari 30 tahun pengalaman sang wali kelas mengajar...


Dalam ujian bahasa indonesia ada sebuah soal tambahan, yaitu siapa teman sekelas yang paling kamu kagumi dan apa alasannya...
selain anak kami, semua teman sekelas nya yang lain, tanpa kecuali, menuliskan hanya satu nama, yaitu nama anak kami..
sangat banyak alasan teman2 sekelas nya, mengapa mereka paling kagum dgn anak kami...
mereka bilang, anak kami sangat suka membantu orang lain, selalu bersemangat, selalu menghibur, selalu menyenangkan orang, enak diajak berteman, tidak pernah ingkar janji, tidak gampang marah, jenaka, dan masih banyak lagi...


Si wali kelas pun memberi pujian :
“...anak ibu ini, meski pun nilai sekolahnya biasa2 saja, tetapi utk sikap dan kelakuan nya thd orang lain, benar2 nomor satu...”
saya menyampaikan canda kpd anak kami,
“...suatu saat kamu akan jadi pahlawan...”
anak kami, yang sedang merajut selendang leher berpikir sebentar, kemudian menjawab :
“...ada pepatah yang berbunyi demikian :
ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan.”
anak kami melanjutkan ucapan nya,
“...saya tidak mau jadi pahlawan…
saya mau menjadi orang yang bertepuk tangan utk para pahlawan...”
saya terkejut mendengar ucapan anak kami itu...
saya memperhatikan anak kami yang sedang tekun merajut benang wol nya...
dlm hati saya pun terasa hangat seketika...
hati saya tergugah oleh kerendahan hati anak kami...
di dunia ini banyak orang yang ber-cita2 ingin menjadi seorang pahlawan...
namun anak kami memilih utk menjadi orang yang biasa2 saja, orang yang tidak tampil ke depan...
seperti akar tumbuh2an, tidak terlihat, tapi ia-lah yang mengokohkan...
jika anak kami bisa sehat...
jika anak kami bisa hidup dgn bahagia...
jika tidak ada rasa bersalah dlm hati anak kami...
mengapa anak kami tidak boleh menjadi orang biasa yang berhati baik dan jujur.



Lama kelamaan, anak kami mendapatkan julukan “si nomor 23”, seakan mengukuhkan nya sebagai murid kualitas menengah (mediocre) di antara teman2 nya dan sebagai orang tua, kami merasa panggilan ini kurang enak didengar tetapi anehnya, anak kami tidak merasa keberatan dgn julukan tersebut ;-) 







Rabu, 18 Maret 2015

Pilih Ortu, Anak atau Istri

Pada suatu kelas, seorang dosen mengadakan suatu permainan kecil pada mahasiswanya yang sudah berumah tangga.
Dosen : "Mari kita buat satu permainan, mohon satu orang bantu saya kedepan". Kemudian salah satu mahasiswa berjalan menuju papan tulis. 
Dosen : "Silahkan tulis 10 nama yang paling dekat dengan anda". Dalam sekejap sudah dituliskan semuanya oleh mahasiswa tsb, ada nama tetangganya, nama ortunya, anaknya, dll. 
Dosen : "Silahkan coret 2 nama yang menurut anda tidak penting". Mahasiswa lalu mencoret nama tetangganya.. 
Dosen : "Silahkan coret 2 nama lagi". Mahasiswa itu mencoret nama teman2 kantornya.. Dosen : "Silahkan coret 1 nama lagi". Mahasiswa mencoret 1 nama lagi sampai tersisa 3 nama yaitu ortunya, istrinya dan anaknya.


Suasana kelas hening, mereka mengira semua sudah selesai dan tidak ada lagi yang harus dipilih. Tiba2 Dosen berkata : "Silahkan coret 1 nama lagi". Mahasiswa itu perlahan mengambil pilihan yang sangat sulit lalu dia mencoret nama ortunya secara perlahan. Dosen : " Silahkan coret 1 nama lagi". Hati sang mahasiswa menjadi bingung. Kemudian dia mengangkat kapur dan lambat laun mencoret nama anaknya.. Segera mahasiswa itu pun menangis.
Setelah suasana tenang, Dosen bertanya kepada mahasiswa itu, "Orang terkasih anda bukan ortu yang sudah membesarkan anda, anak anda adalah darah daging anda,sedang istri itu bisa dicari lagi, tapi mengapa anda justru memilih istri anda sebagai orang yang paling sulit untuk dipisahkan ?". 
Semua orang di dalam kelas terpana menunggu jawaban mahasiswa itu, lalu dia berkata : "Sesuai waktu berlalu, ortu saya akan pergi dan meninggalkan saya, sedangkan anak saya jika sudah dewasa akan menikah setelah itu pasti meninggalkan saya, sedangkan yang benar2 bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah ISTRI saya... Ortu dan anak bukan saya yang pilih tapi TUHAN yang anugrahkan kepada saya, tapi saya memilih sendiri ISTRI saya dari seluruh wanita di dunia dengan meminta yang terbaik dari TUHAN ".





https://twitter.com/Sjaechu