Cerita Motivasi & Setetes Embun

Menceritakan kisah-kisah umum baik fiksi maupun non-fiksi untuk memberikan motivasi dan menggugah hati nurani untuk bertindak lebih baik lagi dan lebih bijaksana.

Tampilkan postingan dengan label motivator. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label motivator. Tampilkan semua postingan

Jumat, 25 November 2016

Saham untuk Allah

SAHAM UNTUK ALLAH


Di wilayah Mesir ada satu kota kecil bernama Tafahna. Mula-mula kota ini sepi dan sebagaimana kota kecil di Indonesia, akses kemana-kemana sulit.

Hingga pada saat saya mengikuti sebuah pelatihan, dikisahkan oleh Syaikh DR. Musthafa Dasuki Kasbah, pakar wakaf dari Al-Azhar University bahwa di kota kecil itu ada seorang anak muda bernama Sholah Atiyah.

Ketika kuliah anak muda ini sangat miskin. Diceritakan bahwa ia hanya mempunyai satu celana panjang.
Kebayangkan saudara-saudara, ada mahasiswa yg celana gak gonta-ganti karena punyanya hanya itu. Kebayang pula bagaimana ia makan, bergaya hidup dan sebagainya pastilah khas orang miskin kebanyakan.

Dahsyatnya, saat ia lulus dan mendapat gelar insinyur, ia mengajak temannya yg sama-sama miskin, berbisnis.
Ia berkata pada temannya:
"Ayo kita bisnis bareng, nanti sahamnya kita bagi tiga"

"Lho bukannya kita cuma berdua? Siapa yg ketiga? " tanya temannya, penasaran.

"Yang ketiga adalah Alloh. Ayo kita berbisnis bersama Alloh. Dia, Tuhan kita semua, sahamnya adalah sepertiga" Jawab Sholah Atiyah yg langsung disetujui oleh temnnya.

Saat usahanya masih kecil, saham Alloh diberikan menyesuaikan hasil.
Beliau tidak peduli besar atau kecilnya pendapatan, yg penting sepertiganya selalu di sedekah jariyah-kan.

Kata-kata sepertiga membuat ingatan saya menerawang jauh hingga ke Jaman Nabi bahwa ada kisah seorang petani yang kisahnya diabadikan dalam hadits riwayat Imam Muslim.

Rasulullah bersabda:
“Ketika ada seorang sedang berjalan di sebuah padang yang luas tak berair  dan sunyi, tiba-tiba dia mendengar suara dari awan:
‘Siramilah kebun si fulan!’

Maka awan itu menepi (menjauh) lalu menumpahkankan airnya di tanah dengan bebatuan hitam. Ternyata ada saluran air yang telah dipenuhi dengan air. Maka ia menelusuri (mengikuti) jalannya air tersebut.
Ternyata ada seorang laki-laki yang sedang berada di kebunnya, dia sedang mengalirkan air dengan menggunakan cangkulnya.

Kemudian dia bertanya, ‘Wahai hamba Alloh, siapakah nama anda?’
Dia menjawab, ‘Fulan.’
Sebuah nama yang didengar dari suara di awan tadi.

Kemudian orang itu balik bertanya, ‘Mengapa anda menanyakan namaku?’
Dia menjawab, ‘Saya mendengar suara dari awan yang ini adalah airnya, mengatakan ‘Siramilah kebun si fulan!’ yaitu nama anda. Maka apakah yang telah anda kerjakan?.’

Dia menjawab, ‘Karena anda telah mengatakan hal ini maka akan saya ceritakan bahwa saya memperhitungkan (membagi) apa yang dihasilkan oleh kebun ini; sepertiganya saya (berikan ke Allah dengan) sedekah; sepertiganya lagi saya makan bersama keluarga dan sepertiganya lagi saya kembalikan lagi ke kebun (untuk ditanam kembali).”

Masya Alloh, kita tahu bahwa hujan adalah rezeki yang paling sulit diprediksi.  Itu saja bisa digiring dan diistimewakan untuk orang yang menginfakkan sepertiga hartanya.
Bagaimana dg rezeki yg lain? Uang, properti dan aset-aset lain yang relatif bisa dihitung matematis. Tentu lebih mudah bagi Allah untuk digiring dan diistimewakan bagi mereka yg mau memberi sepertiga sahamnya kepada Allah.

Saya pikir wajar bila kesuksesan bisnis Sholah Atiyah diatas, makin meroket.
Hari berganti hari tahun demi tahun, secara istiqomah saham Allah dari usahanya itu beliau bangunkan gedung-gedung pendidikan.
Kenyataannya usaha beliau bukan surut tapi makin maju. Makin menggurita.

Padahal yg beliau inginkan dari tiap wakafnya adalah ridho Alloh dan Negri akhirat. Eh malah di dunia sudah terbalas belipat ganda. Memang kejar akhirat, dunia mendekat. Kejar akhirat dua keuntungan didapat; keuntungan dunia sebagai DP dan keuntungan sempurna saat di akhirat.

Bahkan kini kota Tafahna yg dulunya sepi jadi rame. Beliau berwakaf dg membangun gedung cabang Al-Azhar dikota tersebut.  Tidak tanggung-tanggung, ada lima fakultas yang beliau bangun.

Dulunya mahasiswa sedikit tapi kini lebih dari 50 ribu mahasiswa di kota kecil itu.
Masya Alloh ini setara dengan UNDIP atau UGM atau yang lain di Indonesia.

Bukan hanya itu, karena tiap usaha yg makin beragam dan menggurita itu selalu sepertiga sahamnya untuk wakaf maka selain gedung-gedung fakultas beliau juga menggratiskan siapa saja yg sekolah tingkat SD, SMP, SMA dikota kecil tersebut.

Kota kecil itu, kini telah ramai,  saudagar super kaya bernama Sholah Atiyah inilah yg punya peran penting dalam pembangunan dan pengadaan fasilitas umum seperti stasion kereta api dan lain-lain melalui harta-harta yg beliau wakafkan.

Belum lama ini, baru 2 tahun yang lalu (dari tahun 2016, saya mengikuti pelatihan), saudagar besar ini meninggal dunia.

Ribuan orang turut berduka cita atas kepergiannya. Kata DR. Musthofa Syaikh Al-Azhar itu, belum pernah ada prosesi mengantar jenazah yang seramai Sholah Athiyah.

Dzahirnya beliau telah mati, tapi hakikinya beliau abadi.
Gedung-gedung pendidikan dan fasilitas-fasilitas umum yg dibangun dg wakafnya itulah yang menjadi saksi.

Semoga kita bisa meneladani.  Aamiin

Diambil dr kiriman tulisan oleh Ustadz Ricky Adrinaldi, KETUM ODOJ